Minggu, 29 Juli 2012

Song of Love [ Epilog ]


Dari balik kacamatanya, bola mata gelap itu terus bergerak ke kiri dan ke kanan. Menekuni berlembar-lembar data yang tertata rapi pada map berwarna hijau pekat. Sesekali memutar kursi kebesarannya untuk menusir jenuh. seakan tak menyadiri seorang wanita anggun sedang memperhatikannya dari ambang pintu ruangan bernuansa klasik minimalis itu.
Kedua tangan wanita itu terlipat di depan dada, dengan senyum manis di bibirnya. Bukan hanya jam dan hari bisa ia lewati, tapi juga rentetan tahun. Ia tahu perubahan laki-laki ini, setiap perubahannya. Ia yang dulu pemuda tampan, berbenampilan urakan, pujaan banyak perempuan, sekarang sudah menjadi lelaki dewasa, berpenampilan maskulin, namun tetap digilai banyak wanita. Ia tak bisa menutup telinga bagitu saja saat tak sengaja mendengar beberapa pegawai kekasihnya itu mengutarakan mimpi mereka menjadi boss dua buah perusahaan besar, satu perusahaan keluarga yang harus ia kelola dan satu perusahaan lagi yang dibangunnya sendiri. Terlebih pria itu tampan dan bertubuh tinggi altetis. Siapa yang sanggup menolak pesonanya?
Ify, wanita tadi menyandarkan bahunya pada daun pintu. Tak ingin mengganggu Rio sekaligus tetap ingin menyelami wajah Rio yang begitu serius. Kemeja lengan panjang yang dikenakan Rio ditarik asal hingga ke siku, rambutnya acak-acakan, kedua kakinya asik saja bertengger di meja, dengan pen yang ia gigit karena kedua tangannya sibuk pada data-data yang sedang dibacanya. Posse yang menurut Ify justru sangat seksi. Kekagumannya pada pria ini memang tak pernah luntur, sedikitpun. Hampir sembilan tahun berlalu sejak ia bertemu laki-laki ini.
“sudah puas, nyonya Haling?” tegur Rio, pria tadi sambil meletakkan apa yang baru saja ia baca kembali ke meja. Ia sadar jika sedari tadi ada yang memperhatikannya, pekerjaan yang kepalang tanggung untuk diselesaikannya membuatnya terpaksa tak acuh.
“puas apanya? Puas kamu cuekin?” gerutu Ify berbarengan dengan decitan pintu yang baru saja ia tutup. Rio tertawa lepas. “memangnya kertas-kertas yang kamu lihat setiap hari itu lebih cantik daripada aku?” keluh Ify sambil memposisikan diri duduk di sofa yang ada di sudut ruangan kerja Rio.
Rio nyengir kuda. Baru saja ia sadar jika sudah beberapa hari tak bertemu gadisnya itu karena banyak hal yang harus ia selesaikan di kantor. Ia beranjak dari tempat duduknya menghampiri Ify.
“jangan-jangan kamu lupa sama aku setelah kamu memegang tiga perusahaan sekaligus?” Ify masih terus berorasi. “ternyata sainganku bukan gadis-gadis centil kegatelan, tetapi justru kertas, laptop, dan bapak-bapak berdasi.”
Dan Rio hanya bisa menggaruk-garuk tengkuknya yang sebenarnya sama sekali tidak gatal. Cerewet sekali gadis ini, sama sekali tidak berubah. Jika sudah seperti ini tak ada gunanya ia bicara, karena ia tak pandai untuk hal itu.
“aku pikir setelah kamu pulang dari Belanda aku akan punya banyak waktu sama kamu, ternyata sama saja.” Kalimat sepantang itu bisa diucapkan Ify dengan sekali tarikan nafas. “kamu bahkan belum menjenguk keponakan barumu.” Kali ini nada bicara Ify naik.
Rio menelan ludah. Seminggu yang lalu Shilla melahirkan buah cintanya dengan Cakka yang pertama. Dan ia baru sempat menelepon untuk memberi selamat, belum sempat berkunjung.
“minggu depan Alvin dan Agni menikah kita, atau lebih tepatnya kamu, belum melakukan persiapan apapun!” sepertinya makin lama omelan Ify akan makin tak terkendali dan membuat kepala Rio semakin pusing.
“maaf, aku benar-benar sibuk.” Sesal Rio memotong pembicaraan Ify. Masih ada masalah Acha yang minggu ini menghadapi ujian akhirnya di SMA belum disinggung Ify. Bisa jadi besok pagi Ify baru selesai mengutarakan unek-uneknya. “menikahlah denganku agar kamu bisa mengingatkan semua yang harus aku kerjakan, agar aku bisa mempunyai waktu denganmu setiap hari leluasa.”
Mata Ify terbelalak lebar, walaupun tak dapat dipungkiri jika jantungnya berdegub kencang mendengar pernyataan Rio, namun lamaran model apa yang baru saja dilakukannya?! Kedongkolan Ify semakin menjadi karena cara Rio menyodorkan sekotak cincin ke hadapannya. Tidak ada berlutut, tidak ada senyum manis, tak ada tatapan mengharap, semuanya biasa saja, hanya ada tampang datar yang setiap hari di dapatinya. Wajah yang benar-benar yakin tidak ada penolakan. Nada yang sama seperti saat dulu pria itu memintanya menjadi kekasih, yang hanya seolah-olah sedang meminjam pensil ala anak SMA. Tak ada tempat romantis, hanya ruangan milik Rio yang bahkan tak ada dekorasi mengejutkan.
“nggak mau!” pekik Ify.
“jawaban mutlak, kamu harus mau! Besok pagi kita menikah!” tegas Rio. Tak menerima pengajuan banding.
Tubuh Ify lunglai. Perkataan Rio mutlak. Bisa saja, bahkan dengan mudah pria ini menikahinya besok. Bukan Ify keberatan, namun tak bisakah sedikit saja ia meminta dengan cara yang manis. Tak perlu seperti Cakka yang sampai menyusun lilin menjadi lambang hati di tepi pantai untuk meminta Shilla menikah dengannya. Tak perlu seperti Alvin yang mati-matian meyakinkan Agni yang altophobia untuk ke roof top perusahaannya dan di bawah, sudah ada kalimat “MARRY ME?” dari jajaran rumah penduduk, entah dengan apa ia menyogok petugas PLN untuk mematikan beberapa jalur yang sudah diaturnya.
“aku dulu mimpi dilamar seseorang, dia bawa buquet lilin putih, main gitar sambil nyanyi, di tempat romantis.” Ucap Ify pasrah. Dan sekali lagi Rio hanya memamerkan cengiran kuda sambil menggaruk tengkuknya, sampai ia teringat sesuatu. Mungkin jika cerita komik saat ini ada bolam lampu menyala terang di atas kepalanya. Gitar Gabriel yang tertinggal saat kemarin ia berkunjung untuk sekedar curhat jika ia ingin menyatakan cintanya pada Sivia.
Tanpa aba-aba ia menarik tangan Ify keluar dan melalui alat pengeras ia memerintahkan seluruh kariawannya untuk berkumpul di depan ruangannya.
“Cuma ini yang bisa aku lakukan, Fy! Semoga kamu terima.” Ucap Rio sambil menggenggam tangan Ify, diiringi sorakan dari seluruh pegawai kantor Rio. Entah apa yang mereka pikirkan saat melihat boss mereka yang biasanya tampil tegas dan berwibawa kini menjadi sosok yang romantis melamar sang kekasih di hadapan mereka.
Dengan semangat Rio mulai memetik senar gitar yang dibawanya. Membuat banyak wanita yang ada di ruangan yang tiba-tiba menjadi penuh sesak itu menjerit tertahan meratapi betapa kerennya pemimpin mereka. Senandung merdu dari suara khas itu menerbangkan semua beban.
Mengejar dirimu takkan ada habisnya
Membuat diriku menggila
Bila hati ini menjatuhkan pilihan
Apapun akan ku lewati
Hari ini sayang sangat penting bagiku
Kau jawaban yang aku cari
Kisah hari ini kan ku bagi denganmu
Dengarlah sayang kali ini
Permintaanku padamu
Dan dengarlah sayangku
Aku mohon kau menikah denganku
Ya, hiduplah denganku
Berbagi kisah hidup berdua
Pipi Ify merah merona. Menunduk menyembunyikan wajahnya. Rio benar-benar tak pernah bisa ditebaknya. Dan hari ini pria itu benar-benar gila. Membuatnya malu setengah mati.
“terima! Terima! Terima!” paduan suara dadakan yang makin membuat Ify tak karuan.
“say yes, darling!” bisik Rio di sebelah telinga Ify.
Ify memukul dada Rio kuat-kuat membuat si empunya meringis kesakitan. Gadis itu masih tak habis pikir dengan kelakuan Rio. Air mata kebahagiaannya menetes tak terbendung kemudian berhambur memeluk Rio dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang pria itu. “yes! I will marry you!” serunya membuat suasana semakin gaduh berbanding terbalik dengan hati Rio yang merasa sangat lega.
“kamu tahu siapa satu-satunya orang yang bersalah dalam kisah kita?” tanya Rio setengah berbisik karena keramaian belum juga berhenti. Cukup Ify yang mendengarnya. Gadis itu menggeleng. “William Shakespeare!” jawab Rio mantab, disusul tawa renyahnya.
Ify hanya tersenyum dari pelukan Rio. Ia tahu Rio tak suka pada kisah Romeo dan Juliet. Dan pria itu membuktikannya, ada kisah yang jauh lebih indah dan romantis menurutnya, kisah Mario dan Alyssa.





   

10 komentar:

  1. aku suka cara rio melamar yg pertama kak -,-

    BalasHapus
  2. huaaa kak sari kereeeeeeeen bgt. kak please bikin sekuelnya kak :')

    BalasHapus
  3. aaa kakakk....so sweett....bikin sekuel kakak...
    baca dari part1 sampaiepilog ga bosen bosen u,u

    BalasHapus
  4. kak sariii... sumpah ini so sweettt banget. kerreenn dah pokoknya. aku sampe senyum-senyum sendiri, ketawa, nangis, terharu, sampe teriak-teriak gak jelas. hehe. gk nyangka udah tamat. tak pikir kisahnya masih panjang, eh gak taunya tinggal satu part. sayang aku baru bisa baca sekarang. huhu :').makasi kak udah dilanjut sampe tamat :) di tunggu cerita selanjutnya, klo bisa sih, couplenya RiFy lagi. klop bnget soalnya. wkwk. trakhir: SoL itu T O P B G T lah :D salut sama kakak :)

    BalasHapus
  5. Aisshhh,, sumpahdemi apaakhirnya setelah berbulan-bulan nungguin cerita ini di lanjutin,, akhirnya kesampaian juga,, aiaaiiai,,

    kak,, ceritamu sungguh membuatku lopelpoe,, olalala,, so sweet beutt kak,, SOL :D

    Ayo kak,, bikin lagi cerita rify yang lebih seru lagii,, dheyla menunggu karya kakak :D

    BalasHapus
  6. bener-bener kisah romeo juliet versi indonesia nya..

    ka sari gue suka banget sama ceritanya.. yoo ka sari yang semangat yaa buat ceritanya..



    numpang promo yaa, kunjungi juga blog gue ini: obatkistatradisional

    BalasHapus
  7. Kak sari :) ini luar biasa , makasih kak karena menyuguhkan kisah cerita cinta RiFy yg sangat keren
    Ditunggu cerita RiFy yg lainnya yg tak kalah kerennya dgn SoL :)

    BalasHapus
  8. Pertama makasih buat Anyelily yang udah rekomendasiin cerita ini.. sumpah demi apa pun gak tau kenapa setiap kata yang tertulis mempunyai banyak makna untuk aku pribadi. dari part 1 sampe ending pun gak hentinya netesin air mata. entah itu sad or happy air matanya turun *sumpahinilebaybgt tapi itu kenyataannya. I REALLY LIKE THIS STORY. gak berbelit-belit, feelnya? jangan di tanya, udah ngenaa bgt. Kata-katanya? dapat dengan mudah masuk. Genrenya? really like. Ramdom. kalau disuruh nilai dari 1 sampe 100 aku pilih nilai sempurna buat cerita ini. 100. and I give you 1000 thumb up. gak tau dehh dapet thumb nya dmana. pokoknya aku kasih 1000 thumb up.

    BalasHapus
  9. Ini keren....! pake banget kak, feel nye dapet banget, terus berkarya ya...! Semangat...!!

    BalasHapus